Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau
lokasi melimpasnya air dari aliran Banjir Kanal Timur (BKT), di Jembatan
Kaligawe, Kota Semarang, Minggu (9/12/2018).
Banjir dari sungai BKT melimpas dan
mengakibatkan rumah-rumah warga di sekitar lokasi terendam beberapa jam, Sabtu
kemarin.
"Nek ngene ki ya mesti banjir," kata
Ganjar menunjuk sampah.
Dalam tinjauannya, Ganjar menemukan tumpukan
sampah yang menggunung di sisi selatan jembatan.
Menurut dia, problem terbesar limpasan yang
terjadi pada akhir pekan kemarin adalah tersumbatnya aliran air oleh gunungan
sampah tersebut.
"Maka tindakan darurat kita adalah
mengeruk sampah ini. Pemkot dan BBWS mengirimkan peralatan, dan akan ada
peralatan yang di-standby-kan di sini," kata Ganjar.
Sampah yang menyumbat aliran air di bawah
Jembatan Kaligawe bermacam-macam.
Mulai dari batang kayu, ranting, plastik,
kasur, hingga tabung mesin cuci bekas, dan sampah rumah tangga lainnya.
Selain gunungan sampah, Ganjar juga mendapati
aliran air tersumbat oleh lumpur dan tanah, imbas dari dimulainya pengerjaan
proyek peninggian Jembatan Kaligawe, ruas Semarang - Demak.
Ia pun meminta kepada pihak terkait untuk
membuat saluran, guna mengalirkan air BKT.
"Problem kita hari ini adalah mengalirkan
air dari selatan agar bisa melewati jembatan ini," ujarnya.
Menurutnya, langkah pengerukan sampah dan
membuat saluran agar air tetap bisa mengalir melewati jembatan adalah langkah
darurat. Disampaikan, mustahil mempercepat penyelesaian proyek menaikkan
Jembatan Kaligawe.
"Secara teknis, ini akan selesai setelah
lebaran. Makanya satunya-satunya jalan adalah kita mengamankan dulu agar air
bisa mengalir lancar, agar tak melimpas seperti kemarin," tuturnya.
Menurut Ganjar lebih lanjut, ada banyak
problem yang mengakibatkan banjir yang mengepung Kota Semarang, dalam beberapa
tahun ke belakang. Utamanya di wilayah Semarang Timur dan Utara.
"Problemnya ada rob, ada penurunan tanah,
ada sampah, plus penyedotan air tanah. Lengkaplah sudah penderitaan kita,"
ujarnya.
Disampaikan, pola pikir masyarakat harus
diubah guna menanggulangi persoalan banjir di Kota Semarang.
Dimulai dari hulu, mulai menanam mangrove di
sekitar pantai, dan juga mengurangi pengambilan air tanah.
"Itu kalau masyarakatnya mau. Kalau
tidak, pemerintah sudah menyiapkan tol yang berfungsi sebagai tanggul
sekaligus, polder, untuk penyelesaian semunya," ucapnya.
Iswar Sebut Penanganan Banjir Sudah Memadai
Secara teknis, penanganan persoalan banjir di
Kota Semarang, dinilai sudah memadai. Hanya, intensitas hujan yang begitu
tinggi, membuat beberapa titik di Kota Lunpia tetap rawan terendam banjir.
"Secara teknis kita harusnya sudah
memadai. Tapi, intensitas huja yang sangat tinggi, di luar perkiraan, membuat
debit air melebihi daya tampung yang telah kita persiapkan," kata Kepala
Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Semarang, Iswar Aminuddin.
Disampaikan, untuk penanganan banjir di
sekitar wilayah pusat kota, pihaknya telah merevitalisasi drainase, dengan menaikkan
kapasitas daya tampungnya. Selain itu, beberapa kolam retensi juga telah
selesai dibangun.
"Drainase yang ada, perkiraan kami sudah
mampu menampung aliran air yang ada di sekitar pusat kota," ujarnya.
Nantinya, air dari jaringan drainase yang ada, akan dialirkan ke Kali Banger
dan Kali Semarang.
Menurut dia, berdasarkan perhitungan teknis
kedua sungai tersebut mampu menampung air dari jaringan drainase yang ada.
"Untuk lebih mengoptimalkan pembuangan
air di wilayah kota melalui drainase yang telah dibangun, ke depan akan kita
optimalkan saluran-saluran gendong," ujarnya.
Untuk penanganan banjir dan genangan air di
sekitar wilayah Kaligawe dan Genuk, melibatkan lintas sektoral. Menurut dia,
dalam rapat lintas sektoral belum lama ini, ada beberapa poin yang disepakati,
guna penanganan banjir dan genangan di sekitar dua wilayah itu.
Antara lain, percepatan pengoperasian lima
pompa berkapasitas masing-masing 2.000 liter per detik, di muara Sungai
Sringin. Dari lima pompa yang direncanakan dipasang, menurut dia, saat ini dua
di antaranya teah dapat dioperasikan.
"Dua pompa saat ini sudah beroperasi,
rencananya tiga pompa lain dapat dioperasikan paling lambat 20 Desember
mendatang," ujarnya.
Pun demikian, pemasangan enam unit pompa, yang
masing-masing berkuatan 2.000 liter per detik di muara Sungai Tenggang, dapat
sepenuhnya direalisasikan pada akhir Desember ini. Di samping itu, juga akan
dipasang dua pompa air, masing-masing berkapasitas 500 liter per detik di
kolam retensi Banjardowo.
"Sementara, untuk penanganan rob, itu
tak bisa dilepaskan dari penurunan permukaan tanah yang masif. Ke depan,
pemerintah sudah menyiapkan berbagai rencana penanggulangan, termasuk tol
tanggul laut," ucapnya.
Normalisasi BKT akan Signifikan Kurangi Banjir
Terpisah, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai
(BBWS) Pemali - Juana, Ruhban Ruzziyanto, mengatakan proyek normalisasi Banjir
Kanal Timur (BKT) bernilai sekitar Rp 485 miliar terus dikebut. Saat ini proyek
yang memanjang sekitar 6,9 kilometer di aliran BKT tersebut mencapai sekitar 90
persen.
"Awalnya, rencana kegiatan ini baru
selesai pada 2019, tapi pak menteri (Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, red)
minta akhir 2018 bisa selesai," katanya.
Dikatakan Ruhban, ada banyak kendala sosial
dalam proses pengerjaan proyek ini. Utamanya, banyaknya hunian di sepanjang
bantaran sungai.
"Ada berbagai kendala, syukur saat ini
pengerjaan parapet sudah hampir rampung," ucapnya.
Menurut Ruhban, dengan selesainya proyek
normalisasi BKT, ia optimis hal itu akan mereduksi potensi banjir di Semarang
secara signifikan. "Sejarahnya, BKT ini kan memang saluran yang sengaja
dibikin Belanda untuk mengatasi banjir. Nantinya, aliran air di kanan-kiri,
semua masuk ke BKT," ujarnya.
Sumber: Tribun Jateng
loading...
No comments:
Post a Comment